Pages

Thursday, July 11, 2013

Haruskah selamatan ketika nempati rumah baru?

Omong omong soal selamatan rumah, jadi ingat ibu almarhum, dulu waktu pindah dari Merdeka Barat ke Kranji tahun 1996, ibu bilang harus selametan dengan mengundang pengajian. Sejujurnya aku ga nanggapi serius soal ini, karena aku pikir yg penting "assalaualaikum" ketika masuk rumah dan memperkenalkan diri ke tetangga kiri kanan depan belakang aja.

Ibu dan Bapak almarhum kelihatannya melaksanakan selamatan rumah itu, aku lupa dan juga ga tau pelaksanaannya karena kalo ga salah dulu itu aku lagi kerja di Cikotok. ga berapa lama setelah pindah ibu jatuh di depan kamar mandi sehingga retak tulang panggulnya. Abis itu ibu emang sering sakit dan kesehatannya terus menurun walau sering juga kelihatan baikan dan sehat juga, hingga akhirnya meninggal dunia tahun 1998.

Tahun ini giliran aku yang dihadapkan secara langsung untuk selamatan rumah biruku. Teman yang non muslim bilang bikin selamatan untuk ucap syukur pada Yang Kuasa karena punya hunian baru. Aku setuju. Tapi untuk aku ucap syukur itu ada berbagai cara dan caraku adalah bersujud ketika menempati rumah itu pertama kalinya sebagai rasa syukurku dan selebihnya berbuat lebih baik kepada sesama, sedapat mungkin engga sakiti dan bikin susah orang lain. Berbagi rejeki jika ada, bayar zakat kalo gajian atau ada rejeki lain.

Bicara soal selamatan rumah biru buat rasa yg ga nyaman sama sekali. Walaupun itu aku lakukan dengan maksud untuk menyamankan orang2 di sekitarku. Alhasil, abis acara aku malah sangat sangat gelisah. Aku tau ini bukan soal "penghuni lain" rumah ku yang mengganggu, tapi hanya pertentangan batinku sendiri.....

Untuk aku pribadi, yakin dan percaya bahwa "mereka" memang diciptakan dan ada dimana mana. Tapi apakah mereka akan mengganggu kita? Kalo kita ga ganggu, apa mungkin mereka akan jail ke kita? keknya engga deh. Jadi biarkanlah kita hidup di dunia kita masing masing. Bukankah begitu?

Aneh bin ajaib..... ada seorang bapak yang mengatasnamakan dirinya sebagai ustad datang ke rumah untuk "adzan rumahku" (eh maap nih, adzan bukannya untuk manggil orang untuk sholat ya?). Aku sih yah silahkan aja, aku anggap baik aja lah. Setelah itu, dia bilang "keknya rame nih rumah" (maksudnya rame sama hantu pastinya)..... nah ini yg aku sama sekali engga suka. Kesannya si bapak ini nakut2in aku. Siapa perduli ini rumah rame apa engga???? Halah, pelanggaran nih bapak. Aku engga mau bilang dia ustad, karena menurut aku seorang ustad tuh pasti memberikan keteduhan jiwa, bukan malah nakut2in.

Suatu hari akhirnya aku ketemu "teman lama" yang menurut aku benar benar seorang ustad dan istrinya juga seorang ustadjah. Aku senang sekali berdiskusi soal agama dengan mereka (Alhamdulillah). Beliau berdua membenarkan bahwa mahluk halus memang diciptakan Allah dan ada di sekitar kita namun dalam dimensi yang berbeda. Mahluk halus tidaklah dapat dengan begitu saja mengganggu manusia selama manusia juga tidak mengusik mereka dengan "pemujaan".

Soal selamatan rumah memang tidak ada salahnya selama dijalankan dengan niat dan cara yang benar, sebagai tanda kita bersyukur, tidak selamatan juga tidak masalah (aku keknya lebih cenderung ke opsi terakhir hehehe... teteub). Namun mereka lebih menekankan adanya silaturahmi dengan tetangga dan karena aku kerja jauh dari rumah dan hanya sebentar di rumah, dianjurkan untuk membawakan para tetangga sekedar oleh oleh jika pulang dan ga perlu yang mahal, sebagai tanda perhatian dan terimakasih untuk "menjaga" rumah selama kita jauh...... Masuk akal kan?

Belum banyak yang aku diskusikan dengan mereka berdua, karena keburu ada tamu lagi di rumah mereka. Mudah mudahan di cuti ku yang akan datang aku bisa sowan lagi ke mereka.....

Ini hanya sekedar berbagi dengan siapa saja yang mau baca, tanpa maksud mendiskriminasikan apa dan siapaun, so mohon maaf kalo ada yg engga berkenan..