Berawal dari sebuah keinginan punya rumah sendiri beberapa tahun lalu, sejak kami mulai mengontrak rumah bersama (Deden dan si Botak, istrinya Deden namanya Tia dipanggil Nozqa tapi aku lebih senang dengan panggilan sayangku untuk dia; si Botak) di daerah Pelem Sewu Bantul, kami bertekad jika harus keluar dari rumah kontrakan ini kami harus pindah ke rumah milik sendiri.
Mulai cari cari, kira kira dimana lokasi yg menarik. Pernah sama Kak Yorrie jalan jalan ke dekat dengan properti miliknya dan milik Deden dan Nozqa di Bangun Jiwo, Bantul dan dapat sebuah perumahan yang cocok dengan situasi ku yang selalu jauh dari "rumah" yaitu dengan sistem "one gate", jadi keknya cukup aman untuk ditinggal tinggal.
Tapi emang cari/beli rumah juga jodoh2an kata orang, waktu itu aku ga punya uang untuk bayar dp, jadi dari saat itu aku mulai menabung demi mewujudkan impian.
Kalo cuti selalu "iri" liat Deden dan Botak yg sibuk bangun rumah dankami selalu diskusi kalo maubeli rumah harus deket rumah mereka atau rumah Kang Wito (sahabat kami). Abis jalan jalan suatu sore, kami sengaja lewat sekitar rumah Kang Wito di daerah tamantirto - Brajan. dan liat 2 lokasi perumahan. Yg satu perumahan dengan cukup banyak unit dan yg 1 lagi bukan perumahan dan hanya ada 4 kapling. Semuanya masih tanah melompong. Diskusi diskusi dengan Deden, Botak dan Kak Papi, akhirnya aku mutusin untuk ambil 1 dari 4 kapling yg ada (yg bukan perumahan).
Bingung juga ketika ketemu kontraktornya dan ditanya mau layout rumahnya spt apa? hahahahaha.... semua aku minta gambarin kira2 gimana bentuk calon rumahku. Untuk aku yg penting paling tidak ada 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, sedikit halaman belakang untuk sirkulasi udara dan dapur engga perlu besar yg penting ada ruang untuk masak air dan bikin mie instant (saking kecilnya kompor 2 mata aja ga cukup hahhaha....). Masih bingung juga karena kalo di Manuran walau ada telpon kantor aku merasa risih pake untuk urusan pribadi (kalo ga kepepet hahahahaha). Deden dan Botak bersedia bantu aku secara ful untuk urusan rumahku, walau mereka juga masih sibuk dengan membangun rumah Dome mereka di Bangun Jiwo.
Walau pake acara mundur dari jadwal yg ditentukan, walau pake acara sewot2an dengan kontraktor, walau Botak sering sewot sama aku karena aku malas mikir walau soal warna cat (untuk aku yg penbting biru, birunya mah terserah yg seniman lah) yg jelas Deden dan Botak is The Best Project Leader dan berdirilah rumah biruku dengan detail lumba lumba di mana mana, di kamar mandi, di dapur, di-stop kontak, dll. Maka jadilah rumah ku Rumah Biru Lumba Lumba yang begitu nyaman ditinggali, begitu indah di mataku..... tentunya hehehehehe....
Terimakasih khusus buat Deden dan Botak yang udah urusin pembangunan rumahku, mempercantik rumahku sampe mindahin barang dari kontrakan ke rumah biru.
Terimakasih untuk keluargaku, mbak Utami dan Lily yg ikut prihatinku waktu aku mewujudkan impianku ini.
Untuk mas Wito, Mbak Atun, Kak Yorrie, Kak Papi, Debby yg ikut nengokin dan nyumbang isi rumah, juga mamaku sayang Mama Eva dan Tante Lia yg banyak kasih masukkan buat rumah ku terkait dengan urusan pajak dan notaris. Mama mamaku yg ikut mendoakan serta Dadah yang ngelukisin lumbalumba di atas kolam dan masangin Puzzle Millet yg disusun Itcha.
Terakhir adalah buat bosku di Manuran dan di Jakarta atas pengerian dan bantuannya selama pengurusan rumah ini.
Tak terhingga rasa syukurku kepada Allah atas nikmat yg diberkikanNya.
Terimakasih untuk keluargaku, mbak Utami dan Lily yg ikut prihatinku waktu aku mewujudkan impianku ini.
Untuk mas Wito, Mbak Atun, Kak Yorrie, Kak Papi, Debby yg ikut nengokin dan nyumbang isi rumah, juga mamaku sayang Mama Eva dan Tante Lia yg banyak kasih masukkan buat rumah ku terkait dengan urusan pajak dan notaris. Mama mamaku yg ikut mendoakan serta Dadah yang ngelukisin lumbalumba di atas kolam dan masangin Puzzle Millet yg disusun Itcha.
Terakhir adalah buat bosku di Manuran dan di Jakarta atas pengerian dan bantuannya selama pengurusan rumah ini.
Tak terhingga rasa syukurku kepada Allah atas nikmat yg diberkikanNya.